Hai teman-teman semua selamat pagi. Di hari ini Aku akan bercerita
kepada kalian tentang pengalamanku, pada waktu libur Hari Raya Galungan
dan Kuningan. Mungkin ceritaku ini tidak terlalu menarik. Meski
demikian, mudahan-mudahan dengan ceritaku ini kalian semua bisa
terhibur.
Pada saat merayakan Hari Raya Galungan Aku beserta keluarga ikut
melaksanakan persembahyang bersama di Pura. Dengan menggunakan pakaian
adat bali, dan membawa sebuah canang untuk di persembahkan kepada Hyang
Widhi.
Persembahyangan yang dilaksanakan sangat sakral sekali. Di saat mulai
sembahyang Aku begitu khusyuk berdoa untuk memuja Hyang Widhi. Aku
mengikuti jalannya upacara tersebut sampai benar-benar selesai. Kemudian
esok harinya, saat Umanis Galungan Aku dan adik beserta orang tuaku,
akan berkunjung kerumah nenek yang tinggal di Seririt. Aku berangkat ke
sana dari mulai pukul 10:00 WITA, dengan menggunakan sepeda motor.
Sesampainya aku di Desa Busungbiu, tiba-tiba di jalan dekat Pura Desa
terjadi kemacetan. Jalan tersebut di penuhi pesatnya kendaraan bermotor
yang ingin berpergian.
Banyak kendaraan yang mengantri di tengah tengah jalan, sampai-sampai
tidak ada celah jalan sedikit pun untuk ku lalui. Oleh karena itu, Aku
berhenti sejenak di sebelah kiri jalan. Sedangkan orangtuaku sudah
duluan melewati jalan tersebut, lain halnya denganku.
Dalam hati aku berkata “Aduh, sial banget sih nasibku, aku di tinggalin deh jadinya”.
Kemacetan itu membuatku harus menunggu beberapa menit lagi,
sampai-sampai Aku merasa geregetan dengan situasi seperti ini, yang
membikin Aku kesel dan tidak sabar untuk menunggu.
“Uuh membosankan sekali, sudah ribut, capek, panes lagi. Aduuh kayak di Jakarta saja, lama banget sih selesai nya”.
Ingin sekali rasanya Aku mencari jalan pintas supaya cepat sampai
tujuan. Tapi kayaknya itu tidak mungkin, karena Aku telah terapit oleh
beberapa kendaraan lainnya. Selama 15 menit Aku menunggu, akhirya arus
lalu lintas kembali menjadi lancar dan aku pun sudah bisa melewati jalan
tersebut. Tak kusangka saat-saat seperti itu akhirnya bisa juga
terpecahkan. Aku pun bisa merasa lega.
Mulailah aku melanjutkan perjalanan lagi. Ternyata baru sampai di
tengah-tengah perjalanan, orang tua menungguku di samping kiri jalan di
bawah pepohonan. Aku telah mengira kalau orang tuaku sudah duluan sampai
di rumah nenek, Ternyata tidak, itu cuma pikiranku saja “Hehehe”.
Akhirnya Aku dan adik berserta orang tuaku bisa bersama-sama lagi
melanjutkan perjalanan. Sambil mengendarai sepeda motor, aku
bernyayi-nyanyi dengan riangnya.
“La… lala.. lala… lala”.
Karena asyknya aku bernyanyi hingga tidak terasa sudah sampai di rumah nenek.
“Hore… yeyeye… lalala…”.
Sesampainya di rumah nenek, Aku di ajak ngobrol dengan paman dan
nenekku. Selanjutnya Aku bersama Diah berbincang- bincang di dalam
kamar, sambil menonton film horor kesukaanku. Tak lama kemudian Aku
merasa bosan, sehingga Aku megajak Dian dan adikku belanja ke Hardy’s.
Meski jaraknya dekat dari rumah nenek, Aku kesana tidak berjalan kaki.
Tetapi menggunakan sepeda motor, karena di siang hari udara di sana
sangat panas sekali. Setelah aku pulang dari hardy’s, Aku diajak sama
ibu berkunjung ke rumah bibi. Di sana aku tidak terlalu lama hanya
sebentar saja.
Selanjutnya pulang kembali ke rumah nenek. Setelah Aku tiba di rumah
nenek, Aku merasa sangat lelah sekali. Sehingga Aku beristirahat
beberapa jam. Kemudian di sore hari, orang tuaku mengajak Aku dan Diah
lancong ke pantai Umeanyar. Setelah Aku tiba di sana, Aku melihat banyak
teman-teman dari SMANSAB datang ke pantai. Di sana Aku duduk-duduk
sebentar di bawah pohon yang rindang sambil melihat-lihat orang yang
sedang berenang dan bermain. Suasana di sana sangat ramai sekali.
Beberapa menit kemudian, Aku ingin mengajak diah jalan-jalan di sekitar
pantai.
“Hei… Diah kita jalan-jalan ke sana yuk… Sambil cuci mata dikit, hehehe…”.
Diah pun setuju “Ya kk yuk kita jalan-jalan sekarang!”.
Akhirnya Aku dan Diah jalan-jalan di atas pasir sambil ngobrol dan menikmati udara di pantai.
“Wow… ternyata udara di sini sejuk banget ya”.
“Iya-iyalah, di pantai gitu lo”.
Sesudah jalan-jalan, Aku melihat semakin banyaknya anak kecil yang
sedang berenang dengan asyiknya. Sehingga Aku merasa tertarik ingin
mandi, tapi dalam hati aku merasa ragu-ragu.
“Mandi, enggak, mandi, enggak. Sebenarnya sih pengen mandi tapi kalau
Aku mandi nanti pulangnya pakek apa, kan gak bawa pakaian ganti. Aduh…
jadi binggung deh”.
Oleh sebab itu, Aku ingin mengajak Diah mandi dengan sedikit merayunya, tetapi diah menolak ajakanku.
“Diah kita mandi yuk, di jamin pasti seru”.
“Buiih, gak mau ah kak. Maaf yak kk Diah lagi males mandi di pantai”.
“Waduh, hari gini males mandi di pantai, capek deh. Ayolah… Diah kapan
lagi sih kita dapat mandi di sini, kalau tidak sekarang. Mumpung gratis
nih”.
Akhirnya tawaranku di terima juga tetapi dengan menggunakan syarat.
“Ya deh, Diah ikut mandi sekarang. Tetapi sebelum kita mandi bersama, contohin dulu gaya mandinya! Baru Diah mau mandi”.
Aku pun menjawab ucapannya dengan sedikit menyindir, agar diah tidak bisa beralasan lagi dan tidak mengulur-ulur waktu.
“Emiih… katanya jago renang. Masak mandi saja harus di kasi contoh
terlebih dahulu. Malu donk dah gede di kalahin sama anak kecil. Pakai
isi syarat-syarat segala lagi, gak asyik. Bilang saja kalau gak mau”.
Diah mencoba meyakinkanku sekali lagi.
“Tentu saja diah mau kak, kakak harus percaya sama diah. Tenang saja
kak, Diah gak bakalan bohong. Tapi kak harus kasi contoh terlebih
dahulu!”.
Aku pun mempercayai ucapannya. “Oke lah kalau begitu”.
Maka dari itu, aku berjalan secara pelan-pelan menuju bibir pantai.
Tiba- tiba Diah mendorongku dari belakang dan Aku pun jatuh ke air.
“Biiuuur…”. Suara deburan ombak menerpaku.
Seketika seluruh tubuhku menjadi basah dan Aku di tertawai oleh Diah.
“Hahaha, kasian deh lho, kakak tertipu. Emang enak di kerjain, sorry ya…”.
Aku langsung menanggapi ucapannya, dengan memperlihatkan raut wajah seperti orang bercanda.
“Aduuh kamseupay banget sih lho, gak lucu tau. Dasar curang.”
Diah pun secara langsung menanggapi ucapanku.
“Hehehe… Up to you, yang penting baju Diah gak basah”.
Suara ucapannya terdengar solah-olah lebay, Aku pun sedikit geregetan
dengan Diah. Akhinya Aku mengejar diah sambil tarik-tarikan di atas
pasir yang gembur. Untungnya Aku tidak jatuh. Aku sudah tidak kuat lagi
mengejrnya, lagi pula Aku malu di lihat banyak orang. Sehingga aku
kembali lagi berenang tanpa di temani.
Aku cuma di tonton saja sama diah. Pada akhirnya Aku baru merasakan,
kalau mandi di pantai terasa sungguh mengasykkan sekali dan membikin Aku
semakin ketagihan. Walaupun Aku tadi di bohongin sama Diah, tapi Aku
tidak marah sama sekali kepadanya. Bagiku itu semua ku anggap sebagai
bercandaan saja, karena satu niat Aku di liburan hari ini yang penting
Aku merasa senang. Hari pun semakin sore, sehingga air di pantai semakin
dingin. Aku pun selesai mandi. Aku dan diah beserta orang tuaku sudah
bersiap-siap akan meniggalkan pantai, dan akhirnya Aku pulang ke rumah
nenek dengan menggunakan pakaian yang basah.
Setelah tiba di rumah nenek, Aku segera mandi menggunakan air tawar
dan ganti pakaian. Akhirnya menjelang malam hari, Aku dan adik beserta
orang tuaku pulang ke rumah, dan tiba di rumah dengan selamat.
Siang malam silih berganti dengan cepatnya maka, tibalah saatnya Hari
Raya Kuningan. Aku dan keluarga ikut merayakan hari suci ini sama
seperti saat Hari Raya Galungan. Di siang hari, sesudah selesai
sembahyang, Aku dan Ayah pergi ke pantai Lovina dengan mengendarai
sepeda motor. Mungkin perjalanan yang di tempuh sangat jauh. Beberapa
jam kemudian akhirnya tibalah di pantai Lovina.
Setelah Aku tiba disana, Aku duduk-duduk sebentar dan berteduh di
bawah pohon besar sambil melihat-lihat situasi di pantai. suasana pantai
sangat ramai sekali, banyak warga masyarakat setempat berkunjung ke
pantai. Selain itu, Aku juga melihat banyak turis atau wisatawan asing
sedang berjemur di atas pasir. Tak lama kemudian Aku berjalan-jalan
sendirian di bibir-bibir pantai, sambil melihat-lihat perahu-perahu
kecil yang sedang berlayar di tengah lautan dan dari jauh tampak
pemandangan yang sangat indah sekali. Deburan ombak yang berguling-
guling seakan-akan mengajaku untuk berenang di tengah-tengah lautan.
Setelah Aku merasa puas menikmati keindahan pantai. Aku langsung datang
ke tempat Ayah berada.
Saat ombak mulai surut, Aku di ajak mandi tetapi Aku menolaknya.
“Maaf ayah Aku tidak ikut mandi, soalnya Aku tidak bawa pakaian ganti.
Lagi pula airnya dingin sekali, Aku takut nanti kedinginan”.
Sehingga Ayah menyuruhku agar menunggu sebentar.
“Ya sudahlah kalau begitu, duduk saja sana dulu!.”
“Iya, ayah “.
Akhirnya Aku menuggu Ayah sampai selesai mandi. Tak terasa hari pun
semakin sore, matahari terbenam di ufuk Timur. Aku dan ayah bergegas
meninggalkan pantai dan melanjutkan pejalanan pulang ke rumah. Tak ku
sangka liburan kali ini sungguh Mengesankan sekali. Selain dapat
melaksanakan persembahyangan di Hari Raya Galungan dan Kuningan,
sekaligus Aku juga dapat berekreasi ke suatu tempat yang indah. Itulah
pengalamanku semasih remaja yang tak pernah Aku lupakan dalam hidupku.
THE END
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar